7++ Rumah Akhlak Papua – Keunikan, Gambar & Penjelasan Lengkap
Rumah Adat Papua – Dulunya Irian Jaya dan sekarang Papua, merupakan provinsi paling luas di Indonesia. Wilayahnya berada di bagian paling timur Indonesia, berbatasan eksklusif dengan Papua Nugini.
Papua memiliki tradisi yang sungguh berbeda dan unik jika ketimbang kawasan lain di Indonesia. Hal ini mungkin disebabkan alasannya adalah Papua memiliki banyak suku yang masih tinggal di tempat hutan pedalaman.
Ada ratusan suku yang ada di Papua, tetapi tidak semuanya masih primitif dan sangat memegang tradisi nenek moyangnya. Beberapa suku yang dianggap masih primitif adalah Suku Asmat, Amungme, Dani, Korowai, dan Muyu.
Masing-masing suku ini memiliki tradisi dan budaya yang berbedadan sampai kini beberapa hal masih dilestarikan. Salah satunya adalah rumah etika Papua. Bentuk rumah adab asal Papua sungguh unik dan berbeda dari pada umumnya rumah etika lainnya di Indonesia.
Rumah Adat Papua
Terdapat beberapa macam rumah etika di Papua dan masing-masing mempunyai karakteristik yang berlawanan, baik dari bentuk maupun materi pembuatannya. Perbedaan ini justru membuat Papua kian eksotis dan mempesona.
Ada banyak jenis rumah tradisional Papua, namun setidaknya ada 5 jenis rumah adat yang perlu dikenali untuk memperbesar wawasan nusantara kita, yakni Honai, Rumsram, Ebai, Kariwari, dan Wamai.
1. Rumah Adat Honai
Rumah budpekerti yang pertama berasal dari Suku Dani yang mendiami lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya. Biasanya rumah Honai dibangun di ketinggian 1.600 sampai 1.700 meter di atas permukaan air laut. Suku lain yang bertetangga dengan Suku Dani di daerah yang sama juga memakai rumah ini. Mereka adalah Suku Yali dan Suku Lani yang populasinya sekitar 100.000 jiwa.
Honai berasal dari kata “hun” yang artinya pria, dan “ai” yang bermakna rumah. Pada dasarnya, rumah Honai memang ditinggali pria dewasa dari Suku Dani. Jenis rumah etika ini lazimnya ditemukan di lembah dan pegunungan Baliem. Rumah Honai mudah diketahui sebab bentuknya seperti mirip jamur.
Bentuk atapnya yang mengerucut yang dibuat dari jerami. Bentuknya dibentuk sedemikian rupa untuk melindungi dinding dari air hujan. Atap yang mengerucut ternyata juga bisa meminimalkan hawa hambar masuk ke dalam rumah.
Ciri khas lain dari rumah Honai ialah cuma mempunyai 1 buah pintu dan tanpa jendela. Namun rumah Honai tergolong cukup tinggi, adalah mencapai 2,5 meter. Sementara itu, luasnya tidak terlalu besar, yaitu sekitar 5 meter.
Rumah sengaja dibentuk sempit dengan tujuan menahan suhu yang cuek di pegunungan. Ruangan yang sempit konon akan lebih hangat. Di bab tengah rumah ada lingkaran untuk menyalakan api untuk menghangatkan badan. Api sekaligus berfungsi sebagai penerangan.
Bangunan rumah Honai yang berisikan 2 lantai yakni ciri khas lainnya. Lantai bawah digunakan untuk kawasan berkumpul keluarga dan melakukan acara yang lain. Sementara lantai atas dipakai untuk tidur. Sebagai alas tidur, Suku Dani memakai rumput yang dikeringkan. Semua materi-materi diambil dari alam sekitar.
Rumah Honai dibangun secara berkelompok, alasannya 1 keluarga bisa mempunyai beberapa rumah. Satu rumah untuk daerah tinggal, sementara rumah lainnya untuk daerah ternak milik mereka.
Babi yakni binatang ternak yang dianggap sungguh berharga bagi Suku Dani. Bahkan masalah antar sesama mampu dituntaskan melalui pembayaran dengan ternak babi. Sehingga ternak ini patut mendapatkan daerah tinggal tersendiri.
Rumah Honai juga memiliki fungsi lain, yaitu sebagai kawasan penyimpanan mumi di lantai bawahnya. Bisa juga selaku untuk menyimpan alat perang ataupun warisan nenek moyang yang lain yang menjadi simbol Suku Dani. Selain itu, rumah Honai juga sering kali difungsikan untuk melatih anak laki-laki biar menjadi pria besar lengan berkuasa ketika sampaumur nanti. Warga juga menyusun taktik perang di rumah ini.
2. Rumah Adat Rumsram
Rumah budbahasa Rumsram berasal dari Suku Biak Numfor yang bermukim pulau-pulau dan bekerja sebagai nelayan. Rumah ini khususnya dihuni oleh pria. Fungsi utamanya yakni untuk melatih anak laki-laki menjadi pria berpengaruh dikala mereka sampaumur nanti. Bisa bertanggung jawab sebagai kepala keluarga dan mampu melindungi sukunya.
Bentuk rumah Rumsram ialah rumah panggung persegi, seperti rumah di pesisir pada umumnya. Atapnya berbentuk bahtera terbalik, selaku identitas pemilik rumah yang bermatapencaharian selaku nelayan. Tinggi rumah Rumsram meraih 6 hingga 8 meter. Rumah ini dihiasi dengan umiran di beberapa bagiannya.
Sama mirip rumah Honai, rumah Rumsram berisikan 2 tingkat. Lantai pertama berbentukruangan terbuka dan tidak mempunyai dinding. Lantai inilah yang digunakan untuk mendidik anak pria. Misalnya memahat, membuat perahu, cara berperang, dan jenis keahlian yang lain. Sementara itu, lantai duanya digunakan untuk tempat tinggal.
Lantai rumah Rumsram yang dibuat dari kulit kayu, sementara dindingnya yang dibuat dari pohon bambu yang dicacah. Terdapat 2 pintu yang terletak di bab depan dan belakang rumah. Rumah Rumsram juga dilengkapi beberapa jendela, bab atapnya yang dibuat dari daun sagu.
3. Rumah Adat Ebai
Rumah ini bantu-membantu hampir sama dengan rumah Honai. Ebai merupakan adonan dari kata “ebe” yang bermakna tubuh, dan “ai” yang mempunyai arti rumah.
Ebeai lalu menjadi Ebai adalah rumah bagi kaum wanita. Mulai dari ibu, anak perempuan, dan anak laki-laki tinggal di rumah Ebai. Kemudian setelah memasuki usia sampaumur, anak laki-laki akan pindah ke tempat tinggal Honai.
Rumah Ebai dipakai untuk mengajarkan kemampuan khusus untuk anak perempuan. Para ibu akan mengajarkan belum dewasa perempuan mengenai apa yang harus dilaksanakan ketika mereka akil balig cukup akal dan menikah nanti.
Bentuk rumah Ebai hampir sama dengan rumah Honai, cuma saja lebih pendek. Letaknya pun berdampingan, bisa berada di sisi kiri maupun kanan dari rumah Honai. Pintu rumah Ebai dibentuk tidak sejajar dengan pintu rumah Honai.
4. Rumah Adat Kariwari
Rumah akhlak yang keempat berasal dari Suku Tobati-Enggros yang mendiami tepi Danau Sentani, Jayapura. Rumah Kariwari dibuat khusus untuk pria yang usianya telah mencapai 12 tahun.
Sama seperti rumah Honai dan Rumsram, rumah Kariwari juga difungsikan sebagai tempat mendidik anak pria. Berbagai kemampuan, mirip cara mencari nafkah, cara berperang, dan melindungi suku diajarkan di sini.
Rumah Kariwari unik alasannya bentuknya mirip sisi delapan. Tujuan dibangunnya bentuk ini ialah untuk menahan hembusan angin yang berpengaruh. Bagian atapnya berupa kerucut. Bentuk atap ini mempunyai makna yang akrab dengan iman masyarakat lokal, yaitu mendekatkan diri kepada para leluhur.
Tinggi rumah Kariwari mencapai 20 hingga 30 meter dan terdiri dari 3 lantai. Lantai yang pertama dipakai untuk tempat mendidik anak laki-laki. Lantai kedua dipakai untuk ruang konferensi kepala suku lokal dan pada malam hari dipakai untuk tidur anak pria. Lantai yang ketiga khusus untuk kawasan berdoa atau meditasi.
5. Rumah Adat Wamai
Rumah Wamai khusus digunakan untuk daerah menyimpan ternak beberapa suku di Papua. Hewan ternaknya berbentukayam, babi, anjing, dan binatang ternak yang lain.
Pada biasanya, rumah Wamai berupa persegi. Tapi ada juga yang membangunnya dalam bentuk lain. Besarnya pun tergantung dari banyaknya hewan ternak yang dimiliki tiap keluarga.
6. Rumah Adat Kaki Seribu
Rumah kaki seribu adalah bangunan tradisional suku-suku yang tinggal di pegunungan arfak, adalah hatam, moille, meyakh dan sough. Rumah budbahasa Papua ini mirip rumah panggung dengan banyak tiang penyangga.
Tiang-tiangnya berisikan kayu lingkaran kecil berjumlah banyak. Dalam bahasa setempat, rumah kaki seribu disebut sebagai mod aki aksa atau iqkojei.
7. Rumah Pohon Suku Korowai
Kondisi bentang alam Papua yang terdiri dari kawasan hutan dimanfaatkan oleh beberapa suku asli Papua untuk bangunan rumah etika, yakni rumah pohon suku korowai. Rumah ini dibangun diatas pohon pada ketinggian 15 sampai 30 meter.
Dindingnya terbuat dari kayu dan ranting serta atapnya dari dedaunan. Tujuan dibuatnya rumah diatas pohon yakni biar terhindar dari gangguan hewan buas, serta roh jahat yang diyakini oleh mereka. Sayangnya, rumah pohon ini jumlahnya semakin menyusut sebab penghuninya telah berkurang pula.
Comments
Post a Comment