5++ Rumah Budpekerti Riau – Gambar, Makna Filosofi & Klarifikasi
Rumah Adat Riau – Provinsi Riau ialah salah satu provinsi paling kaya di nusantara. Kekayaannya berasal dari sumber daya alam yang sangat melimpah, mirip perkebunan karet dan kelapa sawit, serta hasil tambang berupa minyak bumi, dan gas alam.
Meski menjadi salah satu pusat industri besar, masyarakatRiau masih didominasi oleh suku aslinya, yaitu Suku Melayu. Selain itu, ada juga suku pendatang mirip Suku Jawa, Batak, Minangkabau, Banjar, Bugis, Tionghoa, Sunda, Nias, dan suku lainnya.
Selain kaya akan sumber daya alam, Riau juga kaya akan tradisi dan warisan budaya. Masyarakat provinsi yang berjuluk Bumi Melayu ini sungguh besar hati akan tradisi yang dimilikinya, salah satunya ialah rumah adab Riau.
Hampir sama dengan rumah tradisional di Sumatera secara lazim, rumah tradisional Riau juga bermodel rumah panggung. Desain ini berkaitan erat dengan kondisi geografis pulau ini. Beberapa daerah ialah daerah yang sering dilanda gempa, topan, hingga banjir.
Pulau Sumatra juga banyak terdapat hutan yang menjadi habitat hewan liar, sehingga rancangan rumah panggung dianggap tepat sebagai bangunan kawasan tinggal.
Rumah Adat Riau
Budaya Melayu besar lengan berkuasa besar pada gaya arsitektur rumah budpekerti Riau. Latar belakangnya adalah Suku Melayu yang merupakan suku secara umum dikuasai di provinsi ini. Selain dilihat dari gaya arsitekturnya, ciri khas Melayu juga terdapat pada hiasan, fungsi, dan makna filosofis di balik rumah tradisional Riau.
Setidaknya di Riau terdapat 5 jenis rumah adat. Kelima rumah ini mempunyai fungsi yang berlainan. Ada yang digunakan sebagai rumah tinggal, ada juga yang difungsikan selaku kawasan bermusyawarah penduduk dan acara yang lain.
Kelima rumah itu yaitu Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar, Rumah Adat Lipat Kajang, Rumah Adat Atap Limas Potong, Rumah Adat Atap Lontik, dan Rumah Adat Belah Bubung.
1. Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar
Rumah Selaso Jatuh Kembar sering disebut selaku Balai Selaso Jatuh oleh masyarakat Riau. Arti nama rumah adat Riau tersebut ialah rumah dengan 2 selasar.
Rumah ini tidak berfungsi selaku daerah tinggal, melainkan selaku balai. Masyarakat menggunakannya sebagai tempat musyawarah akhlak. Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar juga bisa difungsikan sebagai tempat kepentingan biasa lainnya, mirip Balai Pengobatan, Balai Kerpatan, Balairung Sari, dan lain-lain.

Di era kemudian, rumah ini senantiasa ada di setiap desa. Karena di sinilah dikerjakan segala kegiatan yang ialah kepentingan lazim. Namun di periode modern ini, fungsinya sudah mulai tergantikan dengan masjid atau rumah warga yang menjadi petinggi di suatu wilayah.
Rumah Selaso Jatuh Kembar ialah rumah panggung yang didesain menawan. Ketinggiannya dari tanah dimaksudkan biar terhindar dari serangan hewan buas, lawan, dan juga peristiwa banjir.
Bentuk atap rumah ini sangat khas dan indah, adalah terdapat dua silangan yang menghiasi ujung atap dan disebut sebagai Sulo Bayung, serta pada kaki atap terdapat Sayok Layanagan. Atapnya yang dibuat dari daun rumbia yang diikat memakai rotan.
Karena dibangun di akrab bahari atau sungai dengan kondisi badai, maka rumah adat ini didesain miring. Kemiringan dinding bagian dalam rumah berkisar antara 20° hingga 30°.
Material dindingnya menggunakan kayu yang kuat dan bermutu, serta tidak berserabut. Kayu tersebut lalu direkatkan dengan jenang supaya tidak ada angin yang masuk. Dindingnya berlapis 2 biar kian berpengaruh, yaitu lapisan luar dan dalam.
Pada Rumah Selaso Jatuh Kembar terdapat selasar yang lebih rendah dari ruangan dalam rumah. Begitu memasuki bagian dalam, kita akan berjumpa dengan ruang tengah dan ruang belakang yang disebut dengan Ruang Telo. Ruang Telo dipakai untuk menyimpan materi kuliner.
Tangga menuju rumah ini mempunyai jumlah ganjil dan banyaknya menyesuaikan dengan tinggi rumah. Tangga terdapat di bab depan dan samping rumah.
2. Rumah Adat Lipat Kajang
Rumah Lipat Kajang yaitu bangunan tradisional dengan bentuk atap berlipat dan tingkat kemiringan yang cukup curam. Rumah tradisional ini telah agak susah ditemukan saat ini. Desain atap miringnya bertujuan supaya air gampang mengalir ketika terjadi hujan. Atapnya yang dibuat dari anyaman, sehingga sirkulasi udara di dalam rumah berlangsung dengan baik.

Rumah Lipat Kajang merupakan rumah panggung, tetapi tidak terlalu tinggi. Rumah ini juga tidak memiliki tiang-tiang penyangga. Melainkan, pondasinya langsung menyatu dengan tanah. Bahan-bahan yang digunakan untuk menciptakan Rumah Lipat Kajang berasal dari materi-materi alami, sehingga arsitekturnya kental dengan nuansa etnik.
Meski sudah sulit ditemukan, gaya arsitektur Rumah Lipat Kajang masih bisa dilihat di bangunan-bangunan pemerintahan Riau. Hanya saja bangunan terbaru saat ini menggunakan material yang lebih besar lengan berkuasa.
3. Rumah Adat Atap Limas Potong
Rumah tradisional ini diberi nama rumah Atap Limas Potong alasannya adalah bentuk atapnya menyerupai limas yang dipotong-potong. Atapnya tidak lancip seperti kedua rumah etika Riau sebelumnya, sehingga rumah adab ini terlihat tidak begitu tinggi.

Seperti kebanyakan rumah akhlak di Sumatera lainnya, Rumah Atap Limas Potong ialah rumah panggung. Rumah ini dilengkapi dengan tiang-tiang penyangga. Tinggi tiang-tiang tersebut mencapai 1,5 meter dari permukaan tanah.
Pada bagian dindingnya memakai material papan kayu. Rumah Atap Limas Potong terbagi menjadi teras, ruang depan, ruang tengah, dan ruang belakang.
Selain sebagai rumah tinggal, Rumah Atap Limas Porong menjadi simbol status sosial dalam kelas penduduk Riau pada masanya. Semakin besar ukuran rumah, maka menunjukkan kian kaya pemiliknya. Inilah yang menjadi salah satu keunikan rumah adat ini.
4. Rumah Tradisional Atap Lontik
Rumah akhlak ini sering disebut juga sebagai Rumah Pencalang atau Rumah Lancang. Nama-nama ini diambil dari bentuk atapnya yang berujung runcing, ibarat tanduk kerbau. Masyarakat Riau menganggap rancangan rumah ini mempunyai kesamaan dengan rumah budbahasa Minangkabau. Hal ini sungguh masuk akal sebab letak Riau dan Minangkabau yang berdekatan.

Salah satu curi khas unik dari Rumah Atap Lontik ialah dindingnya yang dibentuk miring ke arah luar. Jika dilihat secara keseluruhan, bentuknya seperti seperti perahu.
Selain itu, anak tangga di bagian depan rumah selalu berjumlah 5. Desain ini berasal dari pengaruh adat Melayu serta agama Islam, sebab angka 5 melambangkan kelima rukun Islam. Tangga yang menghubungkan bab luar dan dalam rumah ini juga dimaknai sebagai pijakan yang mengirimkan penghuninya ke surga.
5. Rumah Adat Belah Bubung
Rumah tradisional Belah Bubung memiliki rancangan atap yang terlihat seperti terbelah. Bagian atap Rumah Belah Bubung yang dibuat dari rangka bambu atau disebut dengan bubung.

Sama seperti keempat rumah adat Riau sebelumnya, Rumah Belah Bubung ialah rumah panggung. Rumah ini tampaksungguh tinggi, sebab ditopang oleh tiang-tiang yang tingginya meraih 2 meter di atas permukaan tanah.
Semua bab rumah yang dibuat dari bahan-materi alami. Bagian atapnya memakai daun rumbia. Sementara bangunan utamanya menggunakan bahan kayu yang kokoh dan tahan lama.
Meskipun eksistensi kelima rumah budpekerti Riau ini telah susah didapatkan, tetapi masih ada warga yang mencoba melestarikannya dengan cara membuat bentuk sederhana yang lebih terbaru. Misalnya Rumah Belah Bubung Sederhana, Rumah Balai Modern, Rumah Balai Megah, dan Rumah Balai Cerah.
Comments
Post a Comment