11++ Rumah Etika Jawa Timur – Aneka Jenis Joglo & Limasan (Gambar + Penjelasan)
Bentuk rumah etika Jawa Timur dan Jawa Tengah mempunyai rancangan yang hampir sama. Perbedaan antara kedua jenis bangunan tradisional tersebut biasanya tidak terlalu mencolok.
Jawa Timur ialah provinsi terluas di antara 6 provinsi yang ada di Pulau Jawa. Jumlah orangnya menempati posisi kedua terbanyak sesudah Jawa Barat dan termasuk penduduk heterogen.
Penduduk Jawa Timur terdiri dari etnis asli Jawa bab timur serta pendatang. Suku mayoritas yang tinggal di Jawa Timur ialah Suku Jawa. Sedangkan suku asli yang lain yakni Suku Madura yang menempati Pulau Madura dan beberaoa kota lain di Pulau Jawa.
Selain itu, ada pula Suku Bawean yang hidup di Pulau Bawean dan Suku Tengger yang berada di Pegunungan Tengger, serta Suku Osing di Banyuwangi.
Meski terdiri dari komunitas penduduk heterogen, beberapa tradisi asli Jawa Timur masih dilestarikan sampai kini. Salah satu yang khas yaitu masakan, seperti rujak cingur.
Selain itu, jenis kesenian mirip Reog Ponorogo dan Tari Gandrung dari Banyuwangi pun tetap lestari bahkan makin terkenal. Akan namun ada yang tak kalah mempesona, adalah rumah adab Jawa Timur.
Rumah Adat Jawa Timur
Rumah tradisional resmi dari Jawa Timur sama dengan Jawa Tengah, yaitu Rumah Joglo. Namun Rumah Joglo dari Jawa Timur terbagi menjadi beberapa macam, serta ada juga jenis rumah adab lainnya.
Bentuk dan rancangan Rumah Joglo menerima imbas dari agama Islam, Hindu, dan Budha dalam gaya arsitekturnya. Ciri khas rumah ini yakni atapnya yang berupa limas atau ibarat bentuk gunung
Atap Rumah Joglo bentuk dan bermakna kemegahan. Di masa lalu, Rumah Joglo ialah salah satu cara untuk memperlihatkan status sosial pemiliknya. Mayoritas pemilik Rumah Joglo yakni kalangan aristokrat.
Rumah Joglo difungsikan untuk menerima tamu dalam jumlah banyak. Baham bangunan rumah adat ini yang dibuat dari kayu, mirip kayu jati yang memiliki kekuatan dan keawetan sangat bagus. Konon kayu jati membuat Rumah Joglo sanggup bertahan sampai ratusan tahun.
1. Rumah Joglo Sinom
Rumah Joglo Sinom yakni jenis Joglo yang ukurannya paling kecil. Proporsi atap terutama lebih tinggi. Selain itu, atapnya memiliki 3 sudut kemiringan.

Rumah Joglo Sinom lazimnya tidak difungsikan selaku daerah tinggal, melainkan untuk tempat berdiskusi rakyat atau para petinggi dalam sebuah desa. Kegiatan ini mengandung filsafah Suku Jawa yang gemar bersilaturahmi satu sama lain.
2. Rumah Joglo Pangrawit
Ukuran Rumah Joglo Pangrawit lebih luas ketimbang Joglo Sinom. Rumah ini juga dilengkapi halaman yang lebih luas. Jumlah pilarnya dibentuk lebih banyak. Atap Tumah Joglo Pangrawit bentuknya menjulang dan mengerucut, serta pada setiap sudut atap dilengkapi dengan pilar.

3. Rumah Joglo Hageng
Jenis Rumah Joglo Hagen ini lebih megah dibandingkan Rumah Joglo yang lain. Joglo Hageng dulunya cuma mampu dimiliki oleh keluarga ningrat dan keluarga dengan penghasilan besar.

Halaman Rumah Joglo Hageng lebih luas. Jumlah pilarnya pun lebih banyak. Bentuk atapnya tumpul dengan ruangan beratap lebih pendek.
4. Rumah Joglo Situbondo
Rumah Joglo ini lazimnya banyak didapatkan di kawasan Ponorogo. Bentuknya nyaris sama dengan Rumah Joglo khas Jawa Tengah. Bahan dasar rumahnya pun terbuat dari kayu jati.

Rumah ini dibangun sesuai dengan kepercayaan adat Suku Jawa. Hal ini bisa dilihat dari pondasinya, jumlah tiang utama, tanah yang diratakan atau disebut dengan Bebatur yang lebih tinggi dari tanah di sekelilingnya.
Susunan rumah Joglo Situbondo mengandung makna keserasian antar sesama manusia dan alam sekitarnya. Hal ini sejalan dengan keyakinan Kejawen yang banyak dianut penduduk Jawa.
5. Rumah Joglo Jompongan
Rumah Joglo Jompongan mempunyai bentuk bujur sangkar dengan 2 buah pengerat. Pada dasarnya, bentuk rumah ini merupakan bentuk dasar Rumah Joglo yang tidak dimodifikasi.

6. Rumah Tradisional Osing
Rumah budbahasa ini bisa ditemukan di Kabupaten Banyuwangi yang letaknya berada di paling timur dari Pulau Jawa. Hingga sekarang, Rumah Adat Using masih bisa kita didapatkan di Banyuwangi. Kondisinya pun tersadar dengan sangat baik, sehingga turis bisa berkunjung dan mempelajari kehidupan oragn Banyuwangi di periode kemudian.

Ada 3 macam Rumah Adat Osing, ialah Baresan, Crocogan, dan Tikel Balung. Ketiganya dapat dibedakan dari jumlah bidang atapnya yang umum disebut Rab. Rumah Baresan mempunyai 3 Rab, sementara Rumah Crocogan memiliki 2 Rab. Rumah Tikel Balung mempunyai bidang atap paling banyak, ialah sebanyak 4 Rab.
Pembagian ruangan di ketiga jenis Rumah Adat Osing ini sama, adalah 4 ruangan yang ialah amper atau teras, baleh atau pembatas ruang publik dengan ruang langsung, jerumah atau ruang tengah yang ialah ruang eksklusif, dan pawon atau dapur. Jika ingin melihat Rumah Adat Using secara eksklusif, kita mampu berkunjung ke Desa Kemiren di Kecamatan Glagah.
7. Rumah Adat Suku Tengger
Suku Tengger yang mendiami lereng Gunung Bromo di Desa Ranupane, Kabupaten Lumajang juga mempunyai rumah tradisionalnya sendiri. Ciri khasnya adalah tidak bertingkat dan bukan berjenis rumah panggung. Struktur rumah yang dibuat dari batang atau papan kayu. Bentuk atapnya terlihat terjal dan mempunyai sedikit jendela, adalah sebanyak 1 atau 2 buah.

Rumah akhlak Suku Tengger dilengkapi dengan balai di bagian depannya, yang mirip dipan. Area ini dipakai untuk berleha-leha anggota keluarga.
Rumah budpekerti Tengger lazimnya dibangun bergerombol, antara rumah satu dengan lainnya saling berdekatan, cuma dipisahkan oleh jalur untuk pejalan kaki yang sempit. Ini dimaksudkan untuk menghalau angin masbodoh ketika cuaca di pegunungan sedang ekstrim.
8. Rumah Adat Dhurung
Rumah Adat Dhuung adalah rumah budpekerti milik Suku Bawean yang bermukim di Pulau Bawean. Bentuknya yakni sebuah gubuk yang tidak mempunyai dinding. Bahannya terbuat dari bambu atau kayu. Bagian atap rumah ini yang dibuat dari rumbai daun pohan. Dalam bahasa Bawean, bangunan ini disebut dengan dheun.

Rumah Dhurung tidak difungsikan selaku rumah tinggal, melainkan cuma sebagai daerah istirahat seusai bekerja di sawah atau ladang. Rumah etika ini juga mampu digunakan untuk kawasan bersosialisasi penduduk dengan tamu yang datang dari desa lain. Uniknya, Rumah Dhurung juga sering dipakai untuk mencari jodoh.
Bangunan Rumah Dhurung biasanya berada di depan atau samping rumah utama. Rumah ini juga bisa berfungsi sebagai lumbung padi. Karena itu, Rumah Dhurung dilengkapi dengan jebakan tikus yang disebut dengan Jhelepang. Sangat disayangkan, rumah budbahasa ini sekarang susah didapatkan di Jawa Timur.
9. Limasan Trajumas
Rumah ini memiliki 6 tiang penyangga utama, atau disebut saka guru yang berfungsi selaku struktur penopang rumah. Rumah terbagi menjadi 2 bagian, adalah ruang Sama dan ruang Rong Rongan.

Rumah Limasan Trajumas sangat menarik, alasannya bentuknya mirip campuran antara rancangan tradisional dan terbaru. Hal ini terlihat dari adanya gazebo yang terpisah dari bangunan utama rumah. Ukuran gazebo umumnya lebih kecil dibandingkan bangunan induknya.
10. Limasan Trajumas Lawakan
Limasan Trajumas Lawakan yaitu bentuk pengembangan dari Rumah Limasan Trajumas. Jumlah tiangnya lebih banyak, adalah 20 buah. Seluruh bab bangunan yang dibuat dari kayu berpengaruh, misalnya jati, sonokeling, nangka, dan glugu.

Comments
Post a Comment